Sabtu, 24 April 2021


Kreativitas Abdul Hasyim Baihaqi 41618310084
Produk Diffuser PASTI 2

 

Selasa, 01 Oktober 2019


Diketahui pembebanan pada tali dengan gaya gaya dalam keadaan seimbang , jika α = 45o. dan F = 100 N .

- Uraikan komponen gaya terhadap sumbu X dan sumbu Y

- Hitung gaya yang terjadi pada tali 1 (S1 ) dan tali ke 2 (S2)



Jumat, 19 Juni 2015

DOA BERBUKA MANA YANG BENAR?

3364. FIQIH PUASA : DO'A KETIKA BERBUKA PUASA

PERTANYAAN
Assalamu'alaikum.

mau tanya permasalahan puasa.
1. Apakah 

اللهم لك صمت و بك امنت و على رزقك افطرت برحمتك يا ارحم الراحمين
adalah hadits palsu, atau dengan kata lain, ini bukanlah hadits. Tidak terdapat di kitab hadits manapun. Sehingga kita tidak boleh meyakini doa ini sebagai hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.
Oleh karena itu, doa dengan lafazh ini dihukumi sama seperti ucapan orang biasa seperti saya dan anda. Sama kedudukannya seperti kita berdoa dengan kata-kata sendiri. Sehingga doa ini tidak boleh dipopulerkan apalagi dipatenkan sebagai doa berbuka puasa.BENARKAH?
2. Kalau do'if kenapa lebih terkenal dibanding doa ini?
ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الل

3. Salah satu doa yang tidak tertolak adalah saat berbuka puasa.
pertanyaan: kapan doa itu dilaksanakan ?sebelum membatalkan puasa,berbareng saat berdoa buka puasa atau setelah membatalkan puasa ? terima kasih
JAWABAN

Wa'alaikum salam wr wb


Sepengetahuan saya derajat hadits tersebut adalah MURSAL , namun di dhoifkan oleh muhadits otodidak wahabi ( albani dlm al-jami'i al- shoghir, nama kitabnya hampir sama dengan jami'ish shoghir nya ASWAJA ).



Adalah terlalu berlebihan kalau menyatakan salah, apalagi bid’ah berdo’a dengan do’a tersebut. Karena sebagai do’a, asalkan maknanya tidak bertentangan dengan aqidah Islam dan tidak untuk maksiyat, maka disunnahkan berdo’a walaupun do’a buatan sendiri atau dengan bahasa non Arab sekalipun. Apalagi do’anya orang yang berpuasa tidak ditolak. Rasulullah saw bersabda:

ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ تُحْمَلُ عَلَى الْغَمَامِ، وَتُفْتَحُ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاوَاتِ، وَيَقُولُ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: وَعِزَّتِي لَأَنْصُرَنَّكَ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ

Tiga orang yang doa mereka tidak terhalang, yaitu imam (pemimpin) yang adil, orang yang berpuasa hingga ia berbuka, dan doa orang yang dizholimi. Doa mereka dibawa ke atas awan dan dibukakan pintu langit untuknya, lalu Allah Azza Wa Jalla berfirman: ‘Demi izzah-Ku, Aku akan menolongmu meski setelah beberapa waktu.” (HR Ahmad, dari Abu Hurairah, shahih lighairihi).


Apalagi ada hadits yang bahwa Rasulullah diriwayatkan juga berdo’a dengan do’a yang sebagian lafadznya seperti diatas:

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ، عَنْ حُصَيْنٍ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ زُهْرَةَ، أَنَّهُ بَلَغَهُ ” أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ: «اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ»

….Sesungguhnya Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka membaca doa: Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu (HR. Abu Dawud, diriwayatkan juga oleh Al Baihaqi, Ath Thabarany, Ibnu Abi Syaibah)


Namun dalam catatan kaki Kitab Jâmi’ul Ushul, karya Ibnul Atsir (w. 606 H), dengan tahqiq Abdul Qadir Arna’uth dan disempurnakan Basyir ‘Uyûn, Maktabah Dârul Bayân, juz 6 hal.378 dinyatakan:



رقم (2358) في الصوم، باب القول عند الإفطار، مرسلاً، ولكن للحديث شواهد يقوى بها.



Nomor (2358) dalam (kitab) Puasa, bab perkataan saat berbuka, mursal, akan tetapi hadits ini memiliki syawâhid yang memperkuatnya.




Berikut beberapa redaksi do’a terkait:



1) Ath Thabarany dalam Mu’jam as Shaghir (2/133):



بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ , وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ



2) Ath Thabarany dalam Ad Du’â, hal 286



بِسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ، تَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

3) Dalam Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (2/344), Ar Rabi’ bin Khutsaim ketika mau berbuka berdo’a:


الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَعَانَنِي فَصُمْتُ وَرَزَقَنِي فَأَفْطَرْتُ



4) Dalam Tartîbul ‘Amâly, 1/344:



بِاسْمِ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ، سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ، تَقَبَّلْهُ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ



Juga diriwayatkan bahwa Ibnu ‘Umar ketika mau berbuka berdo’a:



يَا وَاسِعَ الْمَغْفِرَةِ اغْفِرْ لِي



Wahai Dzat Yang luas ampunannya, ampuni aku (HR. Al Baihaqy)



Bagus juga berdo’a dengan do’a:



ذَهَبَ الظَّمأُ، وابْتَلَّتِ العُرُوقُ، وثَبَتَ الأجرُ إِن شاءَ اللهُ



Rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, dan telah tetap pahala, insya Allah (HR. Abu Daud, Ad Daruquthni menyatakan sanadnya hasan, Al Hakim menyatakan sanadnya shahih menurut Syaikhain/bukhori muslim)



Imam Thobrony menyatakan haditsnya marfu'



(حديث مرفوع) ثنا مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ شَبِيبٍ ، ثنا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَمْرٍو الْبَجَلِيُّ ، ثنا دَاوُدُ بْنُ الزِّبْرِقَانِ ، عَنْ شُعْبَةَ ، عَنْ ثَابِتٍ ، عَنْ أَنَسٍ ، قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ إِذَا أَفْطَرَ ، قَالَ : " بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ " .


Simak penjelasan keterangan berikut dari ulama lintas madzhab.



Kaum Muslimin di seluruh dunia termasuk di Indonesia apabila berbuka puasa biasa membaca do’a berikut:



اللَّهُمَّ لَك صُمْت وَبِك آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ ، ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إنْ شَاءَ اللَّهُ .



Artinya: “Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman dan dengan rizki-Mu aku berbuka. Telah hilang rasa penatku dan basahlah tenggorokanku dan tetaplah pahala dicurahkan atasku, Insya Allah”.



Pembacaan do’a seperti ini – dengan variasi tambahan dan pengurangan – merupakan warisan turun-temurun dari para Ulama Waratsatul Anbiya. Mereka yang menganjurkan membaca do’a ini adalah para Ahli Hadis dan Fuqaha dari berbagai Madzhab. Dari Ulama Madzhab Hanafi misalnya kita menemukan penjelasan dari Al Imam Fakhruddin Utsman bin Ali az Zaila’i:



وَمِنْ السُّنَّةِ أَنْ يَقُولَ عِنْدَ الْإِفْطَارِ اللَّهُمَّ لَك صُمْت وَبِك آمَنْت وَعَلَيْك تَوَكَّلْت وَعَلَى رِزْقِك أَفْطَرْت .



Artinya: Di antara Sunnat adalah ketika berbuka puasa dianjurkan mengucapkan: “Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku bertawakkal dan dengan rizki-Mu aku berbuka. (Lihat kitab Tabyinul Haqa’iq Syarah Kanzud Daqa’iq karya Al Imam Az Zaila’i juz 4 halaman 178).



- Dari Ulama Madzhab Maliki antara lain disebutkan dalam Kitab Al Fawakih Ad Dawani Ala Risalah Ibni Abi Zaid Al Qirwani karya Syekh Ahmad bin Ghunaim bin Salim bin Mihna An Nafrawi :



وَيَقُولُ نَدْبًا عِنْدَ الْفِطْرِ : اللَّهُمَّ لَك صُمْت وَعَلَى رِزْقِك أَفْطَرْت فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْت وَمَا أَخَّرْت ، أَوْ يَقُولُ : اللَّهُمَّ لَك صُمْت وَعَلَى رِزْقِك أَفْطَرْت ، ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إنْ شَاءَ اللَّهُ .

Artinya: Dan Sunnat ketika berbuka puasa mengucapkan: “Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa dan dengan rizki-Mu aku berbuka. Maka ampunilah dosaku yang lalu dan yang akan datang”. Atau mengucapkan: “Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa dan dengan rizki-Mu aku berbuka. Telah hilang rasa penatku dan basahlah tenggorokanku dan tetaplah pahala dicurahkan atasku, Insya Allah”. (Lihat pada Juz 3 halaman 386).


- Dari Madzhab Syafi’i antara lain dikemukakan Al Hafizh Al Imam An Nawawi dalam Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab:



والمستحب أن يقول عند إفطاره اللَّهُمَّ لَك صُمْت وَعَلَى رِزْقِك أَفْطَرْت لما روى أبو هريرة قال " كان رسول الله صلي الله عليه وسلم إذا صام ثم أفطر قال اللَّهُمَّ لَك صُمْت وَعَلَى رِزْقِك أَفْطَرْت .

Artinya: Dan yang disunnahkan ketika berbuka puasa itu adalah mengucapkan: “Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa dan dengan rizki-Mu aku berbuka”. Berdasarkan Hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW itu apabila berpuasa kemudian berbuka membaca “Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa dan dengan rizki-Mu aku berbuka”. (Lihat Al Majmu’ Juz 6 halaman 363).


- Dari Madzhab Hanbali antara lain dikemukakan oleh Ibnu Qudamah Al Maqdisi.



ويستحب تعجيل الافطار وتأخير السحور، وأن يفطر على التمر وإن لم يجد فعلى الماء،وأن يقول عند فطره اللَّهُمَّ لَك صُمْت ، وَعَلَى رِزْقِك أَفْطَرْت ، سُبْحَانَك وَبِحَمْدِك ، اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنِّي إنَّك أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Artinya: Dan disunnahkan menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur. Dianjurkan agar berbuka dengan kurma atau jika tidak ada, dengan air. Dan ketika berbuka hendaklah membaca, “Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa dan dengan rizki-Mu aku berbuka”. Maha Suci Engkau ya Allah dan segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, terimalah ibadahku sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Asy Syarh Al Kabir karya Ibnu Qudamah, juz 3, halaman 76)


Para Ulama itu mengamalkan do’a tersebut berdasarkan warisan ilmu yang diterima secara turun temurun dari generasi ke genarasi dan bermuara di generasi awal Ummat ini. Namun do’a tersebut pun terdapat pula catatannya di dalam kitab-kitab Hadis. Di antara buku Hadis yang mencantumkannya adalah buku karya Al Imam Abu Dawud, seorang penyusun buku Hadis bermadzhab Hanbali dalam Sunannya:

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى أَبُو مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا عَلِىُّ بْنُ الْحَسَنِ أَخْبَرَنِى الْحُسَيْنُ بْنُ وَاقِدٍ حَدَّثَنَا مَرْوَانُ - يَعْنِى ابْنَ سَالِمٍ - الْمُقَفَّعُ - قَالَ رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ يَقْبِضُ عَلَى لِحْيَتِهِ فَيَقْطَعُ مَا زَادَ عَلَى الْكَفِّ وَقَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا أَفْطَرَ قَالَ « ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ ». (رواه ابو داود).

Artinya: Marwan bin Salim berkata; Aku melihat Ibnu Umar memegang jenggotnya dan memotong yang melebihi genggaman telapak tangannya dan berkata: Rasulullah SAW itu apabila berbuka puasa mengucapkan “Telah hilang rasa penatku dan basahlah tenggorokanku dan tetaplah pahala dicurahkan atasku, Insya Allah”. (HR Abu Dawud).



Al Imam Al Baihaqi, seorang penyusun kitab Hadis bermadzhab Syafi’i meriwayatkan dalam As Sunan Al Kubra – selain Hadis di atas – sebuah Hadis lain;

أَخْبَرَنَا أَبُو عَلِىٍّ الرُّوذْبَارِىُّ أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ دَاسَةَ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ عَنْ حُصَيْنٍ عَنْ مُعَاذِ بْنِ زُهْرَةَ : أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ :« اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ ».(رواه البيهقي فالسنن الكبرى)

Artinya: Bahwasanya nabi Muhammad SAW itu apabila berbuka puasa membaca “Allahumma Laka Shumtu…” [Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa dan dengan rizki-Mu aku berbuka]. (HR Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra Juz 4 halaman 239)


Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa membaca do’a “Allahumma laka Shumtu….” Sebagaimana yang biasa dilakukan Ummat Islam adalah Sunnah. Adapun adanya keterangan sebagian orang yang menilai Hadisnya lemah dapat dijelaskan sebagai berikut:



Pertama, lemahnya sebuah Hadis tidak serta merta terlarang mengamalkannya sebab kelemahan itu hanyalah pada penisbatannya kepada Rasulullah SAW, tidak ada kaitannya dengan boleh-tidaknya dibaca.



Kedua, Hadis “Allahumma Laka Shumtu…” sungguhpun dha’if namun ia melengkapi Hadis “Dzahabazh Zhama’u…”. yang yang Hasan itu. Bentuk kedua ini belum merupakan do’a sebab hanya bentuk berita atau ucapan biasa yang disampaikan Rasulullah SAW saat minum air. Bacaan ini baru menjadi do’a manakala disambungkan dengan kalimat “Allahumma…” yang berarti “Ya Allah”.



Ketiga, bacaan do’a tersebut telah diamalkan dan dianjurkan oleh semua Ulama Madzhab Empat Itu artinya membaca “Allahumma laka Shumtu” merupakan kesepakatan Ummat Islam.



Apabila ada orang awam yang melarang membaca “Allahumma Laka Shumtu…” maka orang tersebut dapat dikatakan menganut aliran sesat, sebab – selain menyalahi kesepakatan Ummat Islam – tidak ada dalil yang menjadi dasarnya. Bahkan, sabda Rasulullah SAW di atas menganjurkan kita memilih do’a sesuka kita. Lalu dengan alasan apa orang tersebut melarang membaca do’a “Allahumma Laka Shumtu..” ?. Bukankah dengan larangannya itu berarti ia telah membuat Syari’at baru?. Kalau saja membaca do’a yang terdapat dalam Hadis Shahih itu diharamkan, tanyakan kepada orang itu; “Pernahkan anda berdo’a dengan Bahasa Indonesia agar anak anda sukses sekolahnya?. Jika pernah, lalu apakah ada dalilnya bentuk do’a yang anda baca itu?. Lalu bagaimana anda melarang orang membaca do’a yang disepakati Ummat Islam dari dulu hingga sekarang hanya gara-gara “katanya” Hadisnya dha’if ?.



Para ulama menganjurkan membaca do'a tersebut, simak hadits yang mereka (Rohimahumullahu) takhrij :

Lihat dalam taisiril wushul ila ahaaditsir rosul



1 -




كان إذا أفطر قال : اللهمَّ لك صمتُ وعلى رِزقِك أفطرتُ
الراوي: معاذ بن زهرة المحدث: أبو داود - المصدر: المراسيل - الصفحة أو الرقم: 203
خلاصة حكم المحدث: أورده في كتاب المراسيل


2 -



أنّ النبيَّ صلى الله عليه وسلم كان إذا أفطر قال اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت
الراوي: معاذ بن زهرة المحدث: أبو داود - المصدر: سنن أبي داود - الصفحة أو الرقم: 2358
خلاصة حكم المحدث: سكت عنه [وقد قال في رسالته لأهل مكة كل ما سكت عنه فهو صالح]
3 - 
كان النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم إذا أفطَر قال بِسْمِ اللهِ اللَّهمَّ لكَ صُمْتُ وعلى رِزْقِكَ أفطَرْتُ
الراوي: أنس بن مالك المحدث: الطبراني - المصدر: المعجم الأوسط - الصفحة أو الرقم: 7/298
خلاصة حكم المحدث: لم يرو هذا الحديث عن شعبة إلا داود بن الزبرقان تفرد به إسماعيل بن عمر


4 - 



اللهمَّ لكَ صُمْتُ وعلى رزقِكَ أفطرتُ
الراوي: أبو هريرة المحدث: النووي - المصدر: المجموع - الصفحة أو الرقم: 6/362
خلاصة حكم المحدث: غريب، ليس معروفا، وعن النبي صلى الله عليه وسلم مرسلا، ومن رواية ابن عباس مسنداً متصلاً بإسناد ضعيف


5 - 



أن النبيَّ _صلى الله عليه وسلم _كان إذا أفطرَ قال : اللهمَّ لكَ صمتُ، وعلى رِزْقِكَ أفطرتُ.
الراوي: معاذ بن زهرة المحدث: الذهبي - المصدر: المهذب - الصفحة أو الرقم: 4/1616
 خلاصة حكم المحدث: مرسل







melihat pandangan ahli hadits diatas ,derajat hadits nya khilaf (marfu' , mursal dan dhoif ) kalaupun dhoif namun secara ma'na hasan , Imam ghozali saja yang tingkatannya " Hujjatul Islam" dalam banyak kitabnya mengutarakan amalan-amalan yang sumbernya dari hadits dho'if sebagai "Fadhoilul a'mal". 




"terlalu berlebihan kalau ada orang atau golongan yang tidak memperbolehkan do'a tersebut diatas dengan berdasarkan sanad hadits nya lemah" 




ta'dzimnya aswaja dengan menggabungkan keduanya




اللهم لك صمت و بك امنت و على رزقك افطرت برحمتك يا ارحم الراحمين ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الل

Wallahu A'lam


Sumber : pustaka ilmu sunni salafiyah
 

Jumat, 01 Mei 2015

ANJURAN MENGANGKAT TANGAN KETIKA BERDOA


ASSALAMU'ALAIKUM



MENGANGKAT TANGAN KETIKA BERDOA 
dalilnya:

1.       Riwayat ibnu majah dan at-tirmidzi
“ Dari salman alfarisi dari nabi SAW beliau bersabda: “sesungguhnya Rabb kalian maha hidup lagi maha pemurah, malu dari hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya kepada-Nya kemudian mengembalikannya dengan tangan hampa”
2.      
       Riwayat at-thabrani
 “ Dari salman radliyallahu’anhu, Rasulullah SAW. Bersabda, “tidaklah satu kaum yang mengangkat telapak tangannya ketika sesuatu kepada Allah kecuali ada haq bagi Allah  untuk memberikan pada tangan mereka apa yang mereka minta”
3.       
             Riwayat al-hakim
“ Telah mengabarkan padaku anas ibnu malik berkata, Rasulullah pernah bersabda, “sesungguhnya Allah swt. Maha pemurah , maha hidup lagi maha mulia, malu dari hambanya yang mengangkat kedua tangan pada-Nya  kemudian tidak memberikan pada kedua tangan tersebutr kebaikan”
4.       
           Riwayat abu dawud
“ Dari malik ibnu yasar as-sakuni sesungguhnya Rasulullah SAW. Bersabda “ ketika kalian meminta pada Allah swt. Mintalah dengan telapak tangan, jangan dengan punggung tangan kalian”
5.     
           Riwayat at-turmudzi
“ Dari umar ibn al-khathab radliyallahu’anhu ia berkat; Rasulullah SAW. Apabila mengangkat kedua tangannya dalam sebuah doa maka beliau tidak menurunkn keduanya hingga mengusap mukanya dengan keduanya”

Buku potret ajaran nabi muhammad dalam sikap santun tradisi dan amaliyah NU.
Hal. 142-143

SEMOGA BERMANFAAT SOBATKU :D AMALKANLAH SUNNAH-SUNNAH NABIMU :D
WASSALAMU'ALAIKUM

IMPIANKU?



     

HARAPAN DAN IMPIAN
ASSALAMU’ALAIKUM

Sekolah di SMKN 1 GUNUNGPUTRI jurusan kimia industri, lah tujuannya apa coba kwkw :D
Niatnya mah mau lanjutin Teknik Kimia UI bareng si sitsol itu juga kalo diterima huaah. Tapi kemungkinannya terlalu kecil, tapi wajib dicoba :D kalo bapak ane sih, dia bilang pokoknya ane harus masuk pesantren dulu biar tau etika, sopan santun dan agama secara murni. Mikirnya mah pertamanya gamau, mau dipaksa gimana juga... eh tapi kemakan omongan deh ya. Pokoknya dalam diri ane juga bertekad harus pesantren dulu. Bahagianya itu, pesantren di jawa timur dan madura emang bener-bener pesantren incaran dari berbagai penjuru negeri. Selain karena masih menganut sistem salafiyah yang benar-benar murni dan emang tempatnya pesantren-pesantren tertua di negeri ini. Widih, disuruhnya mah di ponpes sidogiri pasuruan, eh tapi kakak sama saudara ane udah pada disana (ikhwannya). Masa ngikutin kan gak seru haha :D
Yaaaa karena banyak pesantren ternama dan baik pengajarannya, kayaknya ane Cuma tinggal tunjuk mau dipesantren yang mana haha :D mau di tebuireng jombang, tapi niat buat disana udah sedikit pudar dan kalo pesantren di madura pasti bahasanya lebih sering pake bahasa madura juga, tapi yg dari luar malah mau disana :D nah niatnya di ponpes lirboyo kediri, selain sistemnya salafiyah, pasti disana orangnya juga banyak variasi suku, kebayang bahasa jawa dicampur dengan bahasa lainnya karena banyaknya dari berbagai daerah yang mondok disana :D “INTINYA MAU MENGGAPAI KEBAHAGIAAN DUNIA DAN KHUSUSNYA AKHIRAH DISANA”  dan banyak santri dilirboyo yang dapet beasiswa untuk lanjut kuliah ke luar negeri kayak ke kairo, yaman, turki dan banyak lagi. Berharap bisa kayak gitu, tapi yang namanya santri awam mah jarang dapet begituan :D Kalo dapet bahagianya tak ternilai sobat :D

Oke update pesantren salaf yang terbaik dari yang terbaik di Indonesia :
1.       PONPES SIDOGIRI PASURUAN
2.       PONPES LIRBOYO KEDIRI
3.       PONPES LANGITAN TUBAN
4.       PONPES TEBUIRENG JOMBANG
5.       PONPES BANYUANYAR MADURA
6.       PONPES AL-KHOIROT PALU DAN MALANG
7.       PONPES GONTOR (tapi sudah beranjak jadi ponpes modern)
8.       Dan masih banyak lagi

Kalau kalian bertanya pada anak santri dan penggemar pesantren pasti mereka tau pesantren yang tercantum diatas, hah, aku sebut sidogiri saja, mereka sudah bilang itu pesantren bagus tuh. Hmm tapi tetap aku mau di lirboyo kalo diperkenankan.
Di sidogiri sering diadain baitul mal, ya semacam musyawarah mengenai hukum-hukum agama secara menyeluruh antar pesantren se-jawatimur, ya disitu pasti ada ponpes lirboyo. Nah disini ponpes lirboyo terlihat aktif dalam menyanggah dengan membawa banyak kitab acuan yang digunakan untuk bahan sanggahan, ponpes ini yang paling banyak menyanggah menurut kesaksian salahsatu santri sidogiri. Maklum lirboyo juga dainggap pesantren salaf terbesar di asia tenggara.
Semoga ane bisa menjadi salah satu santri dari pesantren salaf diatas, dan menjadikan ane pribadi yang baik untuk kedepannya. Kenapa kita harus menjadi orang baik? Tidak lain untuk menggapai ridho ALLAH SWT.

WASSALAMU’ALAIKUM sobat :D