3364. FIQIH PUASA : DO'A KETIKA BERBUKA PUASA
PERTANYAAN
Assalamu'alaikum.
mau tanya permasalahan puasa.
1. Apakah
اللهم لك صمت و بك امنت و على رزقك افطرت برحمتك يا ارحم الراحمين
adalah hadits palsu, atau dengan kata lain, ini bukanlah hadits. Tidak
terdapat di kitab hadits manapun. Sehingga kita tidak boleh meyakini doa
ini sebagai hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.
Oleh karena itu, doa dengan lafazh ini dihukumi sama seperti ucapan
orang biasa seperti saya dan anda. Sama kedudukannya seperti kita berdoa
dengan kata-kata sendiri. Sehingga doa ini tidak boleh dipopulerkan
apalagi dipatenkan sebagai doa berbuka puasa.BENARKAH?
2. Kalau do'if kenapa lebih terkenal dibanding doa ini?
ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الل
3. Salah satu doa yang tidak tertolak adalah saat berbuka puasa.
pertanyaan: kapan doa itu dilaksanakan ?sebelum membatalkan puasa,berbareng saat berdoa buka puasa atau setelah membatalkan puasa ? terima kasih
JAWABAN
Wa'alaikum salam wr wb
Sepengetahuan saya derajat hadits tersebut adalah MURSAL , namun di
dhoifkan oleh muhadits otodidak wahabi ( albani dlm al-jami'i al-
shoghir, nama kitabnya hampir sama dengan jami'ish shoghir nya ASWAJA ).
Adalah terlalu berlebihan kalau menyatakan salah, apalagi bid’ah berdo’a
dengan do’a tersebut. Karena sebagai do’a, asalkan maknanya tidak
bertentangan dengan aqidah Islam dan tidak untuk maksiyat, maka
disunnahkan berdo’a walaupun do’a buatan sendiri atau dengan bahasa non
Arab sekalipun. Apalagi do’anya orang yang berpuasa tidak ditolak.
Rasulullah saw bersabda:
ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَالصَّائِمُ
حَتَّى يُفْطِرَ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ تُحْمَلُ عَلَى الْغَمَامِ،
وَتُفْتَحُ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاوَاتِ، وَيَقُولُ الرَّبُّ عَزَّ
وَجَلَّ: وَعِزَّتِي لَأَنْصُرَنَّكَ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ
Tiga
orang yang doa mereka tidak terhalang, yaitu imam (pemimpin) yang adil,
orang yang berpuasa hingga ia berbuka, dan doa orang yang dizholimi.
Doa mereka dibawa ke atas awan dan dibukakan pintu langit untuknya, lalu
Allah Azza Wa Jalla berfirman: ‘Demi izzah-Ku, Aku akan menolongmu
meski setelah beberapa waktu.” (HR Ahmad, dari Abu Hurairah, shahih
lighairihi).
Apalagi ada hadits yang bahwa Rasulullah diriwayatkan juga berdo’a dengan do’a yang sebagian lafadznya seperti diatas:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ، عَنْ حُصَيْنٍ، عَنْ مُعَاذِ
بْنِ زُهْرَةَ، أَنَّهُ بَلَغَهُ ” أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ: «اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَعَلَى
رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ»
….Sesungguhnya
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka membaca doa: Allahumma
laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu (HR. Abu Dawud, diriwayatkan juga
oleh Al Baihaqi, Ath Thabarany, Ibnu Abi Syaibah)
Namun dalam catatan kaki Kitab Jâmi’ul Ushul, karya Ibnul Atsir (w. 606
H), dengan tahqiq Abdul Qadir Arna’uth dan disempurnakan Basyir ‘Uyûn,
Maktabah Dârul Bayân, juz 6 hal.378 dinyatakan:
رقم (2358) في الصوم، باب القول عند الإفطار، مرسلاً، ولكن للحديث شواهد يقوى بها.
Nomor (2358) dalam (kitab) Puasa, bab perkataan saat berbuka, mursal,
akan tetapi hadits ini memiliki syawâhid yang memperkuatnya.
Berikut beberapa redaksi do’a terkait:
1) Ath Thabarany dalam Mu’jam as Shaghir (2/133):
بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ , وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
2) Ath Thabarany dalam Ad Du’â, hal 286
بِسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ، تَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
3) Dalam Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (2/344), Ar Rabi’ bin Khutsaim ketika mau berbuka berdo’a:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَعَانَنِي فَصُمْتُ وَرَزَقَنِي فَأَفْطَرْتُ
4) Dalam Tartîbul ‘Amâly, 1/344:
بِاسْمِ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى
رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ، سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ، تَقَبَّلْهُ مِنِّي
إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Juga diriwayatkan bahwa Ibnu ‘Umar ketika mau berbuka berdo’a:
يَا وَاسِعَ الْمَغْفِرَةِ اغْفِرْ لِي
Wahai Dzat Yang luas ampunannya, ampuni aku (HR. Al Baihaqy)
Bagus juga berdo’a dengan do’a:
ذَهَبَ الظَّمأُ، وابْتَلَّتِ العُرُوقُ، وثَبَتَ الأجرُ إِن شاءَ اللهُ
Rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, dan telah tetap
pahala, insya Allah (HR. Abu Daud, Ad Daruquthni menyatakan sanadnya
hasan, Al Hakim menyatakan sanadnya shahih menurut Syaikhain/bukhori
muslim)
Imam Thobrony menyatakan haditsnya marfu'
(حديث مرفوع) ثنا مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ شَبِيبٍ ، ثنا
إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَمْرٍو الْبَجَلِيُّ ، ثنا دَاوُدُ بْنُ الزِّبْرِقَانِ
، عَنْ شُعْبَةَ ، عَنْ ثَابِتٍ ، عَنْ أَنَسٍ ، قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ إِذَا أَفْطَرَ ، قَالَ : " بِسْمِ اللَّهِ
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ " .
Simak penjelasan keterangan berikut dari ulama lintas madzhab.
Kaum Muslimin di seluruh dunia termasuk di Indonesia apabila berbuka puasa biasa membaca do’a berikut:
اللَّهُمَّ لَك صُمْت وَبِك آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ ، ذَهَبَ
الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إنْ شَاءَ اللَّهُ .
Artinya: “Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman dan
dengan rizki-Mu aku berbuka. Telah hilang rasa penatku dan basahlah
tenggorokanku dan tetaplah pahala dicurahkan atasku, Insya Allah”.
Pembacaan do’a seperti ini – dengan variasi tambahan dan pengurangan –
merupakan warisan turun-temurun dari para Ulama Waratsatul Anbiya.
Mereka yang menganjurkan membaca do’a ini adalah para Ahli Hadis dan
Fuqaha dari berbagai Madzhab. Dari Ulama Madzhab Hanafi misalnya kita
menemukan penjelasan dari Al Imam Fakhruddin Utsman bin Ali az Zaila’i:
وَمِنْ السُّنَّةِ أَنْ يَقُولَ عِنْدَ الْإِفْطَارِ اللَّهُمَّ لَك صُمْت
وَبِك آمَنْت وَعَلَيْك تَوَكَّلْت وَعَلَى رِزْقِك أَفْطَرْت .
Artinya: Di antara Sunnat adalah ketika berbuka puasa dianjurkan
mengucapkan: “Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman,
kepada-Mu aku bertawakkal dan dengan rizki-Mu aku berbuka. (Lihat kitab
Tabyinul Haqa’iq Syarah Kanzud Daqa’iq karya Al Imam Az Zaila’i juz 4
halaman 178).
- Dari Ulama Madzhab Maliki antara lain disebutkan dalam Kitab Al
Fawakih Ad Dawani Ala Risalah Ibni Abi Zaid Al Qirwani karya Syekh Ahmad
bin Ghunaim bin Salim bin Mihna An Nafrawi :
وَيَقُولُ نَدْبًا عِنْدَ الْفِطْرِ : اللَّهُمَّ لَك صُمْت وَعَلَى
رِزْقِك أَفْطَرْت فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْت وَمَا أَخَّرْت ، أَوْ
يَقُولُ : اللَّهُمَّ لَك صُمْت وَعَلَى رِزْقِك أَفْطَرْت ، ذَهَبَ
الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إنْ شَاءَ اللَّهُ .
Artinya:
Dan Sunnat ketika berbuka puasa mengucapkan: “Ya Allah, karena-Mu aku
berpuasa dan dengan rizki-Mu aku berbuka. Maka ampunilah dosaku yang
lalu dan yang akan datang”. Atau mengucapkan: “Ya Allah, karena-Mu aku
berpuasa dan dengan rizki-Mu aku berbuka. Telah hilang rasa penatku dan
basahlah tenggorokanku dan tetaplah pahala dicurahkan atasku, Insya
Allah”. (Lihat pada Juz 3 halaman 386).
- Dari Madzhab Syafi’i antara lain dikemukakan Al Hafizh Al Imam An Nawawi dalam Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab:
والمستحب أن يقول عند إفطاره اللَّهُمَّ لَك صُمْت وَعَلَى رِزْقِك
أَفْطَرْت لما روى أبو هريرة قال " كان رسول الله صلي الله عليه وسلم إذا
صام ثم أفطر قال اللَّهُمَّ لَك صُمْت وَعَلَى رِزْقِك أَفْطَرْت .
Artinya:
Dan yang disunnahkan ketika berbuka puasa itu adalah mengucapkan: “Ya
Allah, karena-Mu aku berpuasa dan dengan rizki-Mu aku berbuka”.
Berdasarkan Hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah
SAW itu apabila berpuasa kemudian berbuka membaca “Ya Allah, karena-Mu
aku berpuasa dan dengan rizki-Mu aku berbuka”. (Lihat Al Majmu’ Juz 6
halaman 363).
- Dari Madzhab Hanbali antara lain dikemukakan oleh Ibnu Qudamah Al Maqdisi.
ويستحب تعجيل الافطار وتأخير السحور، وأن يفطر على التمر وإن لم يجد فعلى
الماء،وأن يقول عند فطره اللَّهُمَّ لَك صُمْت ، وَعَلَى رِزْقِك أَفْطَرْت
، سُبْحَانَك وَبِحَمْدِك ، اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنِّي إنَّك أَنْتَ
السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Artinya:
Dan disunnahkan menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur. Dianjurkan
agar berbuka dengan kurma atau jika tidak ada, dengan air. Dan ketika
berbuka hendaklah membaca, “Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa dan dengan
rizki-Mu aku berbuka”. Maha Suci Engkau ya Allah dan segala pujian
bagi-Mu. Ya Allah, terimalah ibadahku sesungguhnya Engkau Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui” (Asy Syarh Al Kabir karya Ibnu Qudamah, juz 3,
halaman 76)
Para Ulama itu mengamalkan do’a tersebut berdasarkan warisan ilmu yang
diterima secara turun temurun dari generasi ke genarasi dan bermuara di
generasi awal Ummat ini. Namun do’a tersebut pun terdapat pula
catatannya di dalam kitab-kitab Hadis. Di antara buku Hadis yang
mencantumkannya adalah buku karya Al Imam Abu Dawud, seorang penyusun
buku Hadis bermadzhab Hanbali dalam Sunannya:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى أَبُو مُحَمَّدٍ
حَدَّثَنَا عَلِىُّ بْنُ الْحَسَنِ أَخْبَرَنِى الْحُسَيْنُ بْنُ وَاقِدٍ
حَدَّثَنَا مَرْوَانُ - يَعْنِى ابْنَ سَالِمٍ - الْمُقَفَّعُ - قَالَ
رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ يَقْبِضُ عَلَى لِحْيَتِهِ فَيَقْطَعُ مَا زَادَ
عَلَى الْكَفِّ وَقَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا
أَفْطَرَ قَالَ « ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ
الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ ». (رواه ابو داود).
Artinya:
Marwan bin Salim berkata; Aku melihat Ibnu Umar memegang jenggotnya dan
memotong yang melebihi genggaman telapak tangannya dan berkata:
Rasulullah SAW itu apabila berbuka puasa mengucapkan “Telah hilang rasa
penatku dan basahlah tenggorokanku dan tetaplah pahala dicurahkan
atasku, Insya Allah”. (HR Abu Dawud).
Al Imam Al Baihaqi, seorang penyusun kitab Hadis bermadzhab Syafi’i
meriwayatkan dalam As Sunan Al Kubra – selain Hadis di atas – sebuah
Hadis lain;
أَخْبَرَنَا أَبُو عَلِىٍّ الرُّوذْبَارِىُّ أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ
دَاسَةَ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا
هُشَيْمٌ عَنْ حُصَيْنٍ عَنْ مُعَاذِ بْنِ زُهْرَةَ : أَنَّهُ بَلَغَهُ
أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ :«
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ ».(رواه البيهقي
فالسنن الكبرى)
Artinya:
Bahwasanya nabi Muhammad SAW itu apabila berbuka puasa membaca
“Allahumma Laka Shumtu…” [Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa dan dengan
rizki-Mu aku berbuka]. (HR Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra Juz 4
halaman 239)
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa membaca do’a
“Allahumma laka Shumtu….” Sebagaimana yang biasa dilakukan Ummat Islam
adalah Sunnah. Adapun adanya keterangan sebagian orang yang menilai
Hadisnya lemah dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, lemahnya sebuah Hadis tidak serta merta terlarang
mengamalkannya sebab kelemahan itu hanyalah pada penisbatannya kepada
Rasulullah SAW, tidak ada kaitannya dengan boleh-tidaknya dibaca.
Kedua, Hadis “Allahumma Laka Shumtu…” sungguhpun dha’if namun ia
melengkapi Hadis “Dzahabazh Zhama’u…”. yang yang Hasan itu. Bentuk kedua
ini belum merupakan do’a sebab hanya bentuk berita atau ucapan biasa
yang disampaikan Rasulullah SAW saat minum air. Bacaan ini baru menjadi
do’a manakala disambungkan dengan kalimat “Allahumma…” yang berarti “Ya
Allah”.
Ketiga, bacaan do’a tersebut telah diamalkan dan dianjurkan oleh semua
Ulama Madzhab Empat Itu artinya membaca “Allahumma laka Shumtu”
merupakan kesepakatan Ummat Islam.
Apabila ada orang awam yang melarang membaca “Allahumma Laka Shumtu…”
maka orang tersebut dapat dikatakan menganut aliran sesat, sebab –
selain menyalahi kesepakatan Ummat Islam – tidak ada dalil yang menjadi
dasarnya. Bahkan, sabda Rasulullah SAW di atas menganjurkan kita memilih
do’a sesuka kita. Lalu dengan alasan apa orang tersebut melarang
membaca do’a “Allahumma Laka Shumtu..” ?. Bukankah dengan larangannya
itu berarti ia telah membuat Syari’at baru?. Kalau saja membaca do’a
yang terdapat dalam Hadis Shahih itu diharamkan, tanyakan kepada orang
itu; “Pernahkan anda berdo’a dengan Bahasa Indonesia agar anak anda
sukses sekolahnya?. Jika pernah, lalu apakah ada dalilnya bentuk do’a
yang anda baca itu?. Lalu bagaimana anda melarang orang membaca do’a
yang disepakati Ummat Islam dari dulu hingga sekarang hanya gara-gara
“katanya” Hadisnya dha’if ?.
Para ulama menganjurkan membaca do'a tersebut, simak hadits yang mereka (Rohimahumullahu) takhrij :
Lihat dalam taisiril wushul ila ahaaditsir rosul
1 -
كان إذا أفطر قال : اللهمَّ لك صمتُ وعلى رِزقِك أفطرتُ
الراوي: معاذ بن زهرة المحدث: أبو داود - المصدر: المراسيل - الصفحة أو الرقم: 203
خلاصة حكم المحدث: أورده في كتاب المراسيل
2 -
أنّ النبيَّ صلى الله عليه وسلم كان إذا أفطر قال اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت
الراوي: معاذ بن زهرة المحدث: أبو داود - المصدر: سنن أبي داود - الصفحة أو الرقم: 2358
خلاصة حكم المحدث: سكت عنه [وقد قال في رسالته لأهل مكة كل ما سكت عنه فهو صالح]
3 -
كان النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم إذا أفطَر قال بِسْمِ اللهِ اللَّهمَّ لكَ صُمْتُ وعلى رِزْقِكَ أفطَرْتُ
الراوي: أنس بن مالك المحدث: الطبراني - المصدر: المعجم الأوسط - الصفحة أو الرقم: 7/298
خلاصة حكم المحدث: لم يرو هذا الحديث عن شعبة إلا داود بن الزبرقان تفرد به إسماعيل بن عمر
4 -
اللهمَّ لكَ صُمْتُ وعلى رزقِكَ أفطرتُ
الراوي: أبو هريرة المحدث: النووي - المصدر: المجموع - الصفحة أو الرقم: 6/362
خلاصة حكم المحدث: غريب، ليس معروفا، وعن النبي صلى الله عليه وسلم مرسلا، ومن رواية ابن عباس مسنداً متصلاً بإسناد ضعيف
5 -
أن النبيَّ _صلى الله عليه وسلم _كان إذا أفطرَ قال : اللهمَّ لكَ صمتُ، وعلى رِزْقِكَ أفطرتُ.
الراوي: معاذ بن زهرة المحدث: الذهبي - المصدر: المهذب - الصفحة أو الرقم: 4/1616
خلاصة حكم المحدث: مرسل
melihat pandangan ahli hadits diatas ,derajat hadits nya khilaf (marfu' ,
mursal dan dhoif ) kalaupun dhoif namun secara ma'na hasan , Imam
ghozali saja yang tingkatannya " Hujjatul Islam" dalam banyak kitabnya
mengutarakan amalan-amalan yang sumbernya dari hadits dho'if sebagai
"Fadhoilul a'mal".
"terlalu berlebihan kalau ada orang atau
golongan yang tidak memperbolehkan do'a tersebut diatas dengan
berdasarkan sanad hadits nya lemah"
ta'dzimnya aswaja dengan menggabungkan keduanya
اللهم لك صمت و بك امنت و على رزقك افطرت برحمتك يا ارحم الراحمين ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الل
Wallahu A'lam
Sumber : pustaka ilmu sunni salafiyah